Halo, Sobat Bang Firman’s Blog!
Siapa di antara kalian semua yang hobi banget minum kopi alias coffee maniac? 😀
Pasalnya, artikel kali ini cocok kamu baca untuk menambah khazanah informasi dan rekomendasi bagi kamu untuk mencoba berbagai macam jenis kopi yang ada di dunia, khususnya Indonesia. Nah, salah satu jenis kopi dari Indonesia yang juga banyak peminatnya adalah Kopi Gayo, Kopi Indonesia Khas Aceh.
Kopi Aceh atau kopi gayo adalah kopi yang dianggap lebih unggul dari segi rasa dan juga viskositasnya dibanding kopi lain. Kopi satu itu berasal dari dataran tinggi kawasan Gayo, tepatnya di provinsi Aceh. Kopi gayo juga diburu oleh penikmat kopi dunia sehingga volume ekspornya cukup besar dari tahun ke tahun.
Penasaran bagaimana sejarah dan perkembangan kopi ini? Mari simak ulasan mengenai kopi gayo berikut!
1. Sejarah dan Perkembangan Kopi Aceh
Hadirnya kopi di tanah Indonesia tidak lepas dari peran Belanda yang kala itu masih berkuasa di Indonesia. Sebelum kopi diperkenalkan dan didistribusikan pada abad ke-20 secara besar-besaran, bangsawan Belanda membawa kopi pada abad ke-17.
Hal tersebut sendiri memiliki tujuan agar kopi dikembangkan di beberapa daerah di Jawa, Indonesia. Selain itu, kopi juga dikembangkan pada kawasan Aceh. Ini jelas menguntungkan untuk proses penanaman biji kopinya karena Aceh memiliki dataran tinggi cukup banyak. Sebagaimana yang diketahui pula, tanaman kopi lebih baik jika tumbuh di dataran tinggi dan udara yang cukup lembab.
2. Perkebunan Kopi Tanah Gayo
Perkebunan kopi di Tanah Gayo tersebut pertama kali dilakukan di tahun 1904 oleh pihak dari belanda sendiri. Orang-orang Belanda membawa banyak bibit kopi jenis arabika ke Aceh. Yang selanjutnya digunakan untuk ditanam di kawasan dengan ketinggian 1.000-1.700 meter di atas permukaan air laut. Sebelum kopi di bawa ke Aceh, Belanda sebelumnya juga telah membuat perkebunan teh dan lada.
Selama beberapa tahun sampai tahun 1918, Belanda telah membuka 100 hektar lahan kopi yang ada di kawasan Gayo. Orang-orang Belanda berhasil membuat komoditas unggul yang menggusur peran lada dan teh, yang mana sebelumnya eksis di pasaran. Kopi Gayo pun digunakan untuk dijual pada warga Belanda yang ada di Indonesia, serta sebagiannya lagi dikirim ke Eropa.
Melihat perkembangan usaha kopi yang dikelola oleh Belanda terus maju dan bertambah menguntungkan, penduduk lokal akhirnya mengikuti. Sejak tahun 1920 sampai tahun 1930, terdapat banyak desa yang membuka perkebunan kopi.
Produksinya pun menguntungkan dengan keuntungan yang semakin melimpah. Kala itu, desa yang paling banyak menghasilkan biji kopi dengan kualitas terbaik adalah Belang Gale, Paya Sawi, Atu Gajah, serta Pantan Peseng. Sejak saat itu pula varietas kopi mulai marak dibicarakan.
3. Karakteristik Kopi Aceh
Secara umum ada dua jenis Kopi Aceh Gayo yang saat ini menjadi unggulan petani lokal. Kopi unggul yang disarankan untuk dibudidayakan tersebut adalah Gayo 1 dan Gayo 2. Masing-masing kopi unggul ini sendiri memiliki karakteristik yang berbeda, contohnya Kopi Gayo 2.
Kopi Gayo 2 berasal dari persilangan antara arabika yang ditanam dan bercampur dengan kopi jenis Timtim. Dari persilangan tersebut akhirnya menghasilkan beberapa tanaman baru yang cocok dengan kondisi kawasan Aceh. Bila ditilik secara umum, kopi ini lebih homogen serta mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Karakteristik dari kopi Gayo 2 di antaranya sebagai berikut:
- Tumbuh dengan baik di kawasan pegunungan tinggi.
- Pohonnya melebar dan perdu.
- Daun Gayo 2 memiliki warna hijau tua.
- Daun muda mempunyai warna coklat yang kemerahan.
- Buah matangnya merah muda dan berbentuk bulat.
- Cukup tahan terhadap karat daun.
- Mempunyai mutu fisik dan seduhan yang sangat baik.
Nah, Sobat Bang Firman’s Blog. Jadi itulah beberapa penjelasan mengenai sejarah dan ciri khas Kopi Aceh, yang disebut juga dengan nama Kopi Gayo. Semoga tulisannya memberikan informasi bagi kalian ya.
Semoga bermanfaat. Terima kasih dan salam hangat. 🙂
0 Komentar