“Bagaikan oase di tengah terik dan gersangnya padang pasir, kehadiran kampung-kampung ramah lingkungan nan sejuk dan menghijau di tengah kerasnya kehidupan sahara metropolitan memberikan angin segar dan oksigen pengharapan yang besar dan optimis bahwa masih banyak orang-orang yang peduli akan lingkungan dan ingin mengubah citra kampung di ibu kota menjadi lebih baik. Seperti Robertus Bellarminus Sutarno yang mengabdikan dirinya untuk lingkungan di Kampung Berseri Proklim RW 01 Sunter Jaya serta berbagi kebermanfaatan kepada yang lainnya. Kobaran gelora dedikasi dan keuletannya, menjadikannya sumber inspirasi dan tempat belajar bagi siapapun yang ingin hidup damai bersama lingkungan.”
Seketika gawai dalam genggaman saya berbunyi dan layarnya menyala, pertanda masuknya pemberitahuan terbaru. Dari layarnya yang masih menyala, saya dapat melihat bahwa ada sebuah pesan whatsapp yang masuk dari seseorang yang memang sedang saya tunggu pesan balasannya. Ya, dia lah Pak Robertus Bellarminus Sutarno yang biasa dipanggil Pak Sutarno atau Pak Tarno, seorang warga sekaligus pembina di Kampung Berseri Proklim RW 01 Sunter Jaya.
“Hari Jumat waktunya pas, kebetulan ada kegiatan shooting dari tim Provinsi untuk lomba Kampung Lingkungan Bersih dan Sehat tingkat nasional yang rencananya dihadiri oleh Ibu Walikota dan Ibu Gubernur. Monggo, dengan senang hati,” balas Pak Sutarno dengan ramahnya. Saya pun membalas pesannya dengan antusias lalu memastikan kehadiran pada hari itu.
Dua hari setelah berkirim pesan dengan Pak Sutarno, tepatnya pada hari Jumat akhirnya saya menagih janji pada diri saya sendiri untuk mengunjungi kampung oase yang berada di kawasan Jakarta Utara ini. Sesuai dengan namanya, Kampung Berseri RW 01 Sunter Jaya terletak di RW 01 Kelurahan Sunter Jaya yang merupakan lokasi sangat padat penduduk dengan luas 12 hektare dan terdiri dari 24 RT serta jumlah penduduk sebanyak 13.267 jiwa yang terbagi menjadi 2.531 kepala keluarga. Daerah yang berjarak dua kilometer dari Danau Sunter ini termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Metamorfosis Kampung Banjir
Pertama kali menginjakkan kaki di Kampung Berseri RW 01 Sunter Jaya, rasa takjub bergelayut di pikiran dan hati saya ketika disambut oleh sejuknya pemandangan hijau dari tanaman-tanaman yang menghiasi sisi kiri dan kanan jalan setiap gang di RW 01, begitupun dengan jalanannya yang bersih dan rapi. Kampung ini terlihat asri dan terawat walau berada di gang-gang yang sempit dan dinding-dinding rumah warga yang saling berhimpitan. Hampir tidak ada sama sekali lahan terbuka untuk pekarangan atau untuk serapan air.
Dari kejauhan, saya melihat ada kerumunan di salah satu sudut gang yang saya yakini merupakan tempat berlangsungnya kegiatan shooting seperti yang dikabarkan oleh Pak Sutarno dua hari lalu. Dengan sedikit rasa canggung, saya kemudian menyapa dan menyalami beberapa orang yang hadir, lalu pada kesempatan itu pula akhirnya saya dapat bertatap muka secara langsung dengan Pak Sutarno dan juga Pak Sukartono selaku Ketua RW 01 Sunter Jaya ini.
Disela-sela kesibukan Pak Ketua RW, Sukartono dalam menjamu dan menemani tim shooting dari Provinsi, beliau dengan hangatnya mengajak saya ke tenda tamu untuk beristirahat sejenak. “Ayo, mari mas kita ke tenda dulu, istirahat sambil minum dan ngobrol-ngobrol,” ajaknya sambil mengarahkan saya ke tenda yang berada di Lapangan Putih yang merupakan lahan serba guna di Kampung Berseri RW 01 Sunter Jaya.
Pak Sukartono mengungkapkan, sempitnya lahan membuat warga kesulitan membuang sampah. Mereka pun menumpuk barang-barang bekas di pojok-pojok gang begitu saja. Untuk memusnahkan sampah itu, beberapa warga membakarnya. “Mereka mau agar rumahnya bersih tapi mereka malah membuat lingkungan kotor,” cerita Pak Sukartono mengenang kondisi RW 01 sepuluh tahun lalu.
Kondisi kumuh itulah yang akhirnya membuat RW 01 Sunter Jaya menjadi daerah langganan banjir yang kerap menyapa setiap tahunnya. Selain karena meluapnya air Danau Sunter, buruknya sistem drainase di pemukiman itu ikut membuat musim hujan kerap membawa bencana. Tingginya banjir bisa berkisar satu meter dan butuh waktu sekitar seminggu untuk menunggunya surut. “Dulu, kalau hujan pasti banjir,” jelas Pak Sukartono.
Namun sejak tahun 2013 dengan dukungan pemerintah dan berbagai pihak swasta, kampung RW 01 Sunter Jaya secara perlahan bermetamorfosis dimulai dengan pembentukan kelembagaan “Kampung Berseri” yang dikuatkan dengan SK Lurah dan dilengkapi dengan AD/ART maupun struktur organisasi dalam bentuk Kelompok Kerja (Pokja) dimana seluruh anggotanya berasal dari semua komponen masyarakat RW 01 Sunter Jaya. Dengan kelembagaan tersebut, pemerintah dan pihak swasta membantu dalam bentuk pendampingan dan pemberian sarana prasarana sebagai upaya untuk menanggulangi bencana banjir yang setiap tahun terjadi.
Pemerintah dan pihak swasta memberikan pendampingan dan bantuan berupa sarana dan prasarana, seperti membuat sekitar 250 lubang resapan biopori, pompa air pengendali banjir, sistem peringatan dini, sampai dengan posko banjir. Hasilnya pun sudah terlihat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di mana ketinggian banjir berkurang menjadi 40 cm dan langsung surut dalam satu hari.
Menghapus Stigma Kampung Rawan Kriminalitas
Masih dalam obrolan mengenang masa lalu RW 01 Sunter Jaya bersama Pak Sukartono. Layaknya pemukiman padat lainnya di ibu kota, kampung ini pun sempat memiliki reputasi kelabu tentang kehidupan masyarakatnya. Pak Sukartono pun menuturkan bahwa dahulu sebelum kampung ini tersentuh oleh pendidikan ekologis serta berbagai kegiatan pembinaan, pendampingan dan sosialisasi dari dinas terkait dan berbagai pihak swasta, sebagian besar masyarakat cenderung memiliki gaya hidup yang seenaknya dan tidak bertanggung jawab.
Potret pemandangan anak muda yang sering nongkrong di setiap sudut gang sempit sambil melakukan kegiatan yang meresahkan warga seperti berjudi, minum-minuman keras, narkoba, tawuran dan lain sebagainya sempat membuat kampung ini dikenal sebagai kampung yang rawan tindakan kriminal.
“Sekarang, sudah jarang bahkan tidak ada lagi anak-anak muda yang nongkrong tidak jelas di sudut-sudut gang. Kalaupun ternyata masih ditemukan pemandangan demikian, maka para pelaku akan secepatnya dipanggil dan ditangani oleh pihak yang berwenang dari petugas keamanan, tingkat RT, RW hingga Kelurahan,” tandasnya sambil menyeruput kopi yang ada di tangan kanannya.
Berlomba Mengelola Sampah Menjadi Berkah
Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB, setelah berpamit dengan Pak Sutarno dan Pak Sukartono dari tenda istirahat untuk bersiap menuju masjid, ketika berjalan mencari masjid terdekat di RW 01 untuk melaksanakan Salat Jumat, saya melewati Bank Sampah dan Taman Toga milik Kampung Berseri RW 01 Sunter Jaya ini, karena waktu yang masih memungkinkan, saya sempatkan untuk menengok dan bertanya-tanya seputar pengelolaan bank sampah kepada ibu-ibu PKK yang sedang ramai melayani permintaan keperluan dokumentasi tim dari Provinsi.
Bank Sampah di Kampung RW 01 Sunter Jaya ini diberi nama Bank Sampah “Puspa Cindra Kana”. Bank Sampah ini berdiri sejak tanggal 25 September 2011 atas dasar tekad kuat dari sosok ibu Sri Rahayu, warga kampung RW 01 sekaligus Founder dan Ketua bank sampah ini. Saat itu, berbagai pihak swasta turut memberikan bantuan berbentuk material sehingga terbentuklah bangunan bank sampah yang kini berdiri dan menjadi tempat warga menabung sampah-sampah anorganik setiap minggunya. Selain material untuk membangun bank sampah ini, pihak swasta pun juga memberikan beberapa peralatan, seperti mesin pencacah, timbangan dan lain sebagainya.
Berbagai macam sampah anorganik yang disetor oleh warga ke bank sampah ini, mulai dari botol-botol plastik, kardus bekas, kaleng minuman hingga tutup botol. Menurut ibu Rohaini Sekretaris bank sampah, setiap kilogram sampah dihargai Rp 3.000 dan untuk yang belum dibersihkan, bernilai Rp 1.500 itu pun tergantung jenis sampah yang dibawa. Setiap pekan, jumlah sampah yang disetor bervariasi dari 100-150 kg.
“Biasanya sih para nasabah tidak mau langsung menukar sampahnya dengan uang. Mereka akan ambil setelah setahun atau menjelang Hari Raya Idul Fitri biar bisa beli daging untuk Lebaran,” ujar ibu Rohaini.
Namun dalam 5 tahun terakhir, jumlah setoran sampah nasabah ke bank sampah dinilai berkurang hingga 5 ton. Berkurangnya volume sampah plastik yang disetor tersebut dinilai menjadi salah satu bentuk keberhasilan bank sampah. Karena pengurus bank sampah tak pernah lelah dan berhenti untuk mengingatkan masyarakat agar meminimalisir penggunaan sampah plastik.
Berdamai bersama Lingkungan dengan Proklim
Eksplorasi semangat kampung oase di Jakarta Utara ini belum berhenti sampai di sana. Selepas salat Jumat, saya mendatangi rumah Pak Sutarno yang sejak awal kedatangan sudah menjadi salah satu tujuan utama saya.
Masih berangkat dari permasalahan sampah, Pak Sutarno yang merupakan mantan guru swasta dan peraih Kalpataru Provinsi 2016 pun mencoba untuk menyadarkan warga untuk lebih peduli dengan lingkungan. Dia mencoba untuk melatih warga mengelola sampah rumah tangga dari sumbernya. Sampah organik harus dipisahkan untuk dijadikan kompos. Sementara sampah anorganik didaur ulang dan masuk ke bank sampah yang sudah tersedia. Untuk menyemangati warga, Pak Sutarno menghijaukan gang-gang di kampung itu dengan pot. Untuk gang yang jalannya amat sempit, pot akan digantung.
“Kampung yang ramah lingkungan bukan hanya dilihat dari lingkungannya secara fisik, tetapi juga manusianya. Sebagus apapun alatnya, kesadaran dan motivasi dalam diri seseorang tetap menjadi kunci utama” jelas Pak Sutarno.
Selain itu, Pak Sutarno sendiri membuat taman mini di lantai dua rumahnya. Taman seluas 150 meter itu seluruhnya berwadahkan pot. Berbagai macam tanaman seperti pohon belimbing, kelor, pisang, palem, cabai, pegagan, kangkung hingga lidah buaya menjadi penghuninya. Walau hidup di pot pepohonan tersebut bisa tetap berbuah.
“Kalau semua warga mau membuat kebun mini seperti ini di rumahnya. Mau makan buah dan masak sayuran, tinggal petik. Jadi bisa menghemat” ucap Pak Sutarno.
Taman itu juga dilengkapi dengan dua kolam, ikan lele dan ikan patin. Kolam ikan dibangun dengan susunan behel tak bersemen. Lembaran terpal melapisi kolam itu. Air kolam itu pun diambil dari limbah air penyejuk udara (Air Conditioner). Taman di rumah Pak Sutarno pun mengambil konsep kebun gizi dan kolam gizi. Dia bisa mengambil sayuran dan ikan untuk minimal dikonsumsi sendiri. “Ini konsep mini proklim sebenarnya,”jelas dia.
Kini, rumah Pak Sutarno menjadi tempat pembelajaran pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik. Pihak swasta pun turut memberikan pembinaan dan pendampingan kepada Pak Sutarno dengan adanya Sociopreneurship training serta membantu merenovasi rumah pribadi Pak Sutarno hingga layak untuk dijadikan rumah belajar. Pihak swasta juga turut melengkapi alat-alat produksi kompos di rumah Pak Sutarno. Meski terletak di gang sempit, rumah itu bisa menampung belasan orang yang hendak belajar cara pengelolaan sampah. “Renovasi rumah kami dibantu pihak swasta untuk menjadi rumah belajar. Alat-alat ini pun dibantu oleh pihak swasta,” tambah dia.
Untuk sampah organik, dia membuat alat-alat komposter untuk memproduksi pupuk kompos baik cair maupun padat. Pak Sutarno juga membuat tong khusus untuk menampung sampah organik yang akan dipanen setiap pekan. Sampah itu lantas diurai menjadi pupuk cair siap jual. “Ini harganya Rp 20 ribu per botol,” kata dia.
Tahun 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan verifikasi terhadap RW 01 Sunter Jaya, sehingga pada hari lingkungan hidup tahun 2016 RW 01 Sunter Jaya secara resmi dinobatkan menjadi Kampung Proklim Nasional tipe perkotaan. Berbagai penghargaan lainnya pun berhasil diperoleh oleh Kampung Berseri RW 01 Sunter Jaya, baik dari pemerintah maupun pihak swasta.
Program Kampung Iklim (Proklim) Kampung Berseri Sunter Jaya merupakan sinergi antara masyarakat, pemerintah dan juga pihak swasta. Proklim berangkat dari kesadaran adanya kenaikan suhu permukaan bumi di Asia Tenggara berkisar 0,4 -1 derajat Celcius. Dengan kelembagaan yang terbentuk di Kampung Berseri Proklim RW 01 Sunter Jaya, pihak swasta membantu dalam bentuk pendampingan dan pemberian sarana prasarana untuk mendukung berbagai aktivitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh masyarakat RW 01.
Selain penanggulangan banjir, kegiatan adaptasi lainnya adalah pemanfaatan lahan maupun gang sempit dengan berbagai tanaman sayuran, obat, dan buah maupun gerakan 3M yang ditunjang dengan keberadaan jumantik (juru pemantau jentik). Kegiatan mitigasi perubahan iklim oleh masyarakat RW 01 antara lain pengelolaan sampah dengan melibatkan bank sampah, pengomposan dengan komposter untuk suplai pupuk organik bagi aneka tanaman di RW 01, maupun upaya penghematan energi.
Selain untuk pengembangan lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan di Kampung Berseri Proklim 01 Sunter Jaya, pemerintah dan pihak swasta pun turut memberikan perhatian dalam mengembangkan program pendidikan dan wisata. Kedua pihak membantu dalam memberikan bantuan biaya pendidikan, mengembangkan PAUD dalam program pilah sampah usia dini serta program 3S (Senyum, Sapa, Salam). Pengelola Kampung Berseri Proklim RW 01 Sunter Jaya pun sudah berencana untuk menjadikan kampung ini sebagai Kampung Wisata Ramah Pejalan Kaki dan Kampung Ramah Anak.
Kini, Kampung Berseri Proklim RW 01 Sunter Jaya semakin dipandang sebagai kampung percontohan yang ideal bagi kampung-kampung tipe perkotaan di seluruh Indonesia. Kontribusi pemerintah dan pihak swasta yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan sangat nyata terasa di nadi masyarakat. Pihak swasta pun telah membantu mewujudkan kampung RW 01 Sunter Jaya sebagai kampung oase yang memberikan harapan luas di tengah teriknya sahara ibukota dan kerasnya kehidupan metropolitan. Semoga semangat kampung oase harapan di tepi metropolitan ini selalu menginspirasi setiap kampung di Indonesia untuk hidup damai berdampingan dengan lingkungan. Amin.
34 Komentar
Feriald · Desember 31, 2018 pada 10:49 pm
ASTRA emang bagus om. Semua kampung di Indonesia seperti disulap menjadi keren. Kontribusinya sangat nyata.
Firmansyah · Januari 1, 2019 pada 10:17 am
Betul Om Ferry, setujuu. Peran dan kontribusi nyata Astra dalam mengembangkan kampung-kampung di Indonesia sangat menginspirasi
deddyhuang · Desember 31, 2018 pada 11:42 pm
seru banget ya bisa terjun langsung melihat kampung nan asri ini mas.
Firmansyah · Januari 1, 2019 pada 10:18 am
Iya betul Koh Deddy, melihat langsung KBA Proklim Sunter Jaya membuat saya takjub bahwa di pinggiran kota Jakarta masih ada kampung-kampung yang peduli lingkungan. 🙂
Adhi Nugroho · Januari 1, 2019 pada 12:42 pm
Suegeeer banget liat yang hijau-hijau begitu Mas Firman. Apa lagi ini di tengah kota, ya. Salut banget.
Terima kasih artikelnya yang sangat inspiratif, Mas. Semoga sukses ya, lombanya. Salam hangat.
Firmansyah · Januari 2, 2019 pada 12:48 pm
Betul mas Nodi nuansa hijau dan asrinya kentara sekali ketika memasuki kampung proklim ini.
Terima kasih juga Mas Nodi kunjungannya. Salam hangat …
Damar Aisyah · Januari 1, 2019 pada 2:27 pm
Wah, pas banget ini kunjungannya. Pas ada acara jadi inisiatornya bisa kumpul semua. Informasinya pun jadi padat dan lengkap. Btw ini di Jakarta Utara yang super panas lho, tapi bisa benar2 jadi asri begini. Salut aku sama warga KBA Sunter Jaya
Firmansyah · Januari 2, 2019 pada 12:50 pm
Iya mbak kebetulan sekali waktu berkunjung kesana sedang ada kegiatan shooting untuk lomba kampung. Iya Jakarta Utara memang menarik perhatian sih, hehee. Makanya ingin berkunjung ke sini. Aku pun salut sama warga di sana. Benar-benar metamorfosis yang nyata …
Aminnatul Widyana · Januari 1, 2019 pada 8:24 pm
Nah, ini wilayah Sunter Jakut ya? Kayaknya dekat sm rumah Pakdhe aq, lupa daerah mana. Tp lewat Tanjung Priok sm Sunter ini seingat aku.
Firmansyah · Januari 2, 2019 pada 12:52 pm
Betul mbak … ini di Sunter, tepatnya di Kelurahan Sunter Jaya. 🙂
Wah nanti kalo main ke tempat Pakdhe nya lagi, boleh tuh mbak mampir ke KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya ini ….
Joe Candra · Januari 2, 2019 pada 11:45 am
kampungnya tertata rapi yah bang, asri pula. Jadi pengen kampungku jadi KBA jg.
Firmansyah · Januari 2, 2019 pada 12:54 pm
Iya bang betul. Kampungnya rapi, bersih, sehat dan asri.
Wah wah … kalo gitu mah aku juga pengen bang. 😀
Nurul Mutiara R.A · Januari 4, 2019 pada 1:44 am
Beberapa kali saya baca ulasan mengenai kampung berseri Astra di Indonesia, saya salut sekali dengan komitmen Astra utk membangun kampung2 menjadi luar biasa. Termasuk kampung di tengah metropolitan ini, kampung yg dianggap negatif berubah menjadi positif. The best buat Astra dan Indonesia.
Firmansyah · Januari 4, 2019 pada 1:56 am
Betul mbak Mutiara. Geliat Astra dalam membangun kampung2 di Indonesia sangat menginspirasi. Terima Kasih sudah mampir ke blog saya ya. 🙂
Rudi G. Aswan · Januari 4, 2019 pada 11:23 am
Keren banget desanya. Terutama bagaimana menghapuskan stigma negatif soal kriminalitas di kampung. Dukungan Astra terasa banget ya Bang. Semoga bisa ditiru oleh daerah lain, sehingga yang berseri bukan cuma desa tapi para warganya juga 🙂 Makasih reportasenya, jadi kayak hadir langsung.
Firmansyah · Januari 5, 2019 pada 3:30 pm
Betul Mas Rudi. Semoga masyarakatnya pun semakin ‘berseri’ ya. Terima Kasih sudah mampir ke tulisan saya yak. Hehehe …
Kang Masroer · Januari 4, 2019 pada 6:58 pm
Wah, keren ya Mas. Di kota tapi serasa di desa, hijau dan asri. Semoga semakin mengisnpirasi daerah-daerah lain di seluruh Indonesia..
Firmansyah · Januari 5, 2019 pada 3:34 pm
Iya betul Mas. Hehehe… Aaamiin. Terima kasih kunjungannya ke blog saya ya. 🙂
Amir · Januari 7, 2019 pada 11:23 am
Kampungnya terlihat hijau dan sejuk dengan banyaknya tanaman yang sengaja di tanam. Makin nyaman buat di tinggali deh kalau lingkunganya sejuk dan asri 🙂
Firmansyah · Januari 7, 2019 pada 12:49 pm
Betul Mas Amir. Terima Kasih atas kunjungannya ya. 🙏
Amir · Januari 7, 2019 pada 1:54 pm
Biarpun di Kota tapi tetap sejuk ya Mas, sip deh
evrinasp · Januari 8, 2019 pada 7:13 am
Astra kalau pendampingan benar2 maksimal, kontinyu lagi. Jadi hasil pendampingan terlihat banget. Kampung Berseri ini jadi inspirasi buat aku untuk penerapan program pemanfaatan pekarangan dan zero waste di wilayah binaan
Firmansyah · Januari 8, 2019 pada 11:04 am
Iya betul Mbak Ev. Pendampingannya terhadap kampung2 berseri maksimal banget. Semoga semakin banyak orang-orang dan kampung2 yang terinspirasi ya. Syukron Mbak Ev sudah mampir ke sini. 😊😇🙏
Aldhi Fajar · Januari 9, 2019 pada 1:37 am
Oalah aku baru tahu KBA itu apa, bikin hijau jadinya seger dan asri, klo jadi penduduknya bakalan betah udah.
🙂
Firmansyah · Januari 9, 2019 pada 4:10 pm
Hehehe iya KBA udah banyak di seluruh Indonesia kok Om. Hampir di setiap provinsi punya Kampung Berseri Astra. 🙂
Aldhi Fajar · Januari 9, 2019 pada 10:32 pm
Program dari astra ya ini? mantap astra bisa ngembangin mulai dr kampung.
semangat terus mas firman:)
Firmansyah · Januari 9, 2019 pada 11:22 pm
Hehehe iya sudah pasti Astra mas. Kan namanya KBA alias Kampung Berseri Astra. 🙂
Rizka Edmanda · Januari 9, 2019 pada 7:47 pm
program bank sampah yang dijalankan di KBA ini keren banget, kampung nya juga asri dan keliatan sejuk. Semoga ini menjadi inspirasi buat kampung-kampung lainnya di Indonesia, dan semoga kampung-kampung berpotensi lain yang belum disentuh oleh ASTRA juga bisa turut merasakan manfaat kehadiran ASTRA disana.. Aamiin. GOODLUCK Mas firman untuk lomba nya, semoga dapet mobil ! AAMINN
Firmansyah · Januari 9, 2019 pada 11:25 pm
Aaamiiin. Semoga semangat Astra semakin banyak menyentuh kampung2 lainnya di Indonesia ya. 🙂
Ya Allah terharu didoain dapat mobil sama Mbak Rizka… Aaamiin Allahumma Aaamiin …
Terima Kasih Mbak Rizka kunjungan, komentar dan do’anya. 🙂
Hendi Setiyanto · Januari 11, 2019 pada 6:39 pm
yang kayak gini diperbanyak lagi, aku yakin bakalan lebih hijau, kampung2 di jakarta
Firmansyah · Januari 11, 2019 pada 8:51 pm
Iya betul Mas. Semoga semakin banyak kampung berseri lainnya di ibukota ya. Aamiin. Terima kasih kunjungannya Mas Hendi. 🙏
Adhi Hermawan · Januari 20, 2019 pada 5:51 am
Aku perasaan udah komen, ah lupa…
Astra emang sejauh ini dengan program KBA-nya bertibalng sangat sukses. Banyak kampung yang tadinya hanya semacam gang biasa disulapnya menjadi kampung yang banyak taman-tamannya, tak hanya rindang tapi memiliki tujuan besar, yaitu menjaga bumi kita agar tetap sehat.
Sukses selalu KBA Sunter Jaya, Semoga mampu menginspirasi kampung-kampung lainnya.
Arda Sitepu · Januari 22, 2019 pada 11:28 pm
Wow Bank Sampahnya keren banget mas. KBA selalu berikan yang terbaik membangun bangsa. Saluutttt
Rex · Januari 22, 2022 pada 7:46 pm
Wah Keren Sekali Pak, Sukses Selalu