Halo, Sobat Bang Firman’s Blog!
“Guru yang berhenti belajar harus berhenti mengajar.“
~ Prof. Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. ~
Ya, benar. Anda tidak salah membaca. Saya membuka tulisan saya kali ini dengan kutipan di atas. Saya bahkan tidak akan bosan mengutarakan dan menuliskan kutipan ini berulang kali. Karena setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka, kata-kata yang cukup menohok tersebut memang harus diakui kebenarannya. Bahkan, kita pun harus yakin, sepakat, dan menyatukan suara bahwa salah satu kunci sukses membangun kualitas pendidikan di Indonesia agar semakin maju adalah dengan berpedoman kepada 3 (tiga) kata, yaitu Mulai Dari Guru. Setuju?
For your information, kutipan yang saya tuliskan di atas pertama kali diungkapkan oleh salah satu tokoh nasional yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan Tanah Air, yaitu almarhum Prof. Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. saat beliau berkunjung ke pondok pesantren almamater saya, Pondok Pesantren Daar el-Qolam beberapa tahun silam.
Beliau merupakan Menteri Agama (1998-1999) pada Kabinet Presiden B.J. Habibie dan Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Presiden Megawati (2001-2004). Beliau juga pernah menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada masa pemerintahan Jokowi-JK. Selain itu, beliau pun dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah yang berhasil menjadikan Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air. Beliau tutup usai sekitar setahun yang lalu, tepatnya pada 7 September 2020 dalam usia 81 tahun.
Menurut nasihat beliau, menjalani profesi guru pada abad 21 membutuhkan keterampilan dan pemahaman yang utuh terhadap murid yang menjadi objek didiknya. Jika guru masih terbuai dengan gaya mengajar yang konvensional, tidak mau belajar untuk mengembangkan kompetensi akademiknya, apalagi tidak berminat untuk mempelajari hal-hal baru, maka guru semacam itu tidak akan menarik minat belajar murid-muridnya. Sebab pada zaman modern yang canggih seperti saat ini, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
Maka dari itu, perlu niat dan modal yang kuat dalam menunaikan tugas menjadi guru. Selain menjadikan guru sebagai profesi yang harus tertanam dalam jiwa, modal ilmu pengetahuan serta kompetensi dan metode pembelajaran guru yang jitu dan kompatibel dengan situasi dan perkembangan zaman juga perlu untuk diperhatikan dan diutamakan.
Berbicara tentang guru belajar pastinya sangat erat kaitannya dengan kompetensi guru. Sebagai seorang guru dan tenaga pendidik, kita tentu tidak asing mendengar kata kunci atau istilah “kompetensi guru”. Berbagai program yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah maupun swasta dibuat dengan tujuan peningkatan kompetensi guru.
Seperti yang telah saya singgung juga pada awal tulisan, kita seyogianya sepakat bahwa dengan #MulaiDariGuru, kita bisa membangun kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Apalagi pada abad 21 ini, urgensi kompetensi guru harusnya sudah tidak perlu ditawar-tawar lagi.
Saat mendengar perihal kompetensi guru, seringkali yang kita ketahui hanyalah tentang kompetensi pedagogik. Padahal bukan hanya itu, melainkan ada 4 kompetensi yang perlu dikuasai oleh guru, antara lain Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional. Untuk definisi dan penjelasan detail dari setiap kompetensi tersebut, bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Dengan adanya 4 kompetensi tersebut, kita semestinya menyadari bahwa inilah kenapa sekolah keguruan itu sangat penting dan sangat diperhitungkan di negara lain, mengingat tugas guru memang tidaklah mudah. Nah, dari keempat kompetensi yang ada di atas ini, apakah Anda sebagai guru sudah menguasai? Atau sedang berusaha untuk menguasainya?
Pertanyaan selanjutnya, apakah cara kita dalam meningkatkan kompetensi-kompetensi tersebut sudah tepat? Sebagai contoh, yang paling sering terjadi justru menganggap keikutsertaan guru dalam berbagai seminar atau webinar diartikan sebagai usaha peningkatan kompetensi. Memang itu usaha yang benar, tapi coba cek kembali niatnya dalam hati, yang dicari memang ilmunya atau justru hanya selembar sertifikat?
Pemahaman dan cara pandang tersebut tentu saja perlu diluruskan, karena aktivitas peningkatan kompetensi juga haruslah tepat. Lalu, bagaimana mengembangkan kompetensi guru untuk peningkatan kinerja?
Berikut ini adalah 5 cara mengembangkan kompetensi guru yang berguna untuk mendorong peningkatan kinerja:
1. Identifikasi Area Peningkatan Kompetensi dan Keterampilan yang Ingin Dikembangkan
Inilah pentingnya memiliki tujuan sebagai starting point. Dengan mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai di awal, kita sebagai guru akan lebih mudah mencari tahu bagian mana yang membutuhkan peningkatan.
2. Bergabung dengan Grup atau Komunitas yang Relevan
Memiliki jaringan yang tepat itu penting. Misalnya, jika kita ingin mengembangkan keterampilan menggunakan Microsoft PowerPoint, maka bergabunglah dengan Komunitas PowerPoint dan ikuti diskusi dengan anggota lainnya. Memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman orang lain adalah salah satu cara tercepat untuk mengembangkan kompetensi.
3. Tantang Diri Sendiri Melalui Latihan Berulang Kali
Cara efektif untuk mengembangkan kompetensi pastinya adalah dengan “mulai melakukan”. Walaupun kita sebagai guru telah mengikuti 50 pelatihan kompetensi guru, jika tidak disertai tindakan, ilmu yang didapatkan akan sia-sia. Semakin banyak berlatih, maka semakin signifikan outcome yang dihasilkan dari latihan tersebut.
4. Aktif Meminta Feedback
Inilah pentingnya menjalin networking dengan guru lainnya yang memiliki interest serupa. Mintalah satu sama lain untuk saling mengukur progress. Feedback berupa kritik atau masukan akan membantu kita bertumbuh dan lebih mudah memetakan bagian yang kurang.
5. Ajarkan dan Bagikan Ilmunya
Percayalah ketika kita mengajarkan sesuatu ke orang lain, itu artinya kita belajar dua kali. Mengajarkan dan memberikan ilmu ke orang lain akan membantu kita untuk mengonfirmasi apa yang kita bagikan dan meningkatkan pemahaman tentang apa yang sedang atau sudah kita pelajari.
“Izinkan saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pesantren dengan adanya e-learning ini sebagai platform belajar mengajar. Daar el-Qolam ternyata cukup sigap menanggapi kondisi wabah pandemi saat ini. Mantap!”
Sebagai seorang guru, senang rasanya ketika mendengar kata-kata seperti di atas dari seorang wali murid. Deretan kata tersebut saya anggap sebagai bentuk testimoni jujur dari seorang wali murid yang dikirimkan melalui pesan WhatsApp. Beliau begitu antusias dan bahagia saat melihat dan menemani sang anak yang sudah dapat kembali aktif belajar pada awal tahun ajaran baru yang lalu, walau masih dilakukan secara daring atau online dari rumah melalui platform pembelajaran kelas maya menggunakan layanan web e-learning (electronic learning) yang disediakan dan difasilitasi oleh yayasan pondok pesantren tempat saya mengajar saat ini.
E-Learning di sekolah kami dibangun menggunakan sebuah Learning Management System (LMS) E-Learning bernama Moodle. Moodle adalah salah satu software aplikasi yang berjalan di atas web yang memiliki fitur-fitur yang diperlukan oleh pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
For your information, e-learning sendiri merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan secara elektronik dimana pengajar dan murid tidak bertemu secara langsung, melainkan menggunakan media internet sebagai perantaranya. Interaksi pun tidak hanya satu arah saja dari pengajar kepada siswa, melainkan sudah bisa interaksi dua arah dari siswa kepada pengajar.
Sedangkan Learning Management System atau LMS, dikutip dari laman blog KOCO Schools (blog.kocoschools.com) adalah sebuah software atau perangkat digital berbasis website yang digunakan untuk mempersiapkan, menyampaikan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar antara guru dan peserta didiknya.
Penggunaan Learning Management System (LMS) dimanfaatkan oleh sekolah untuk menyampaikan konten pembelajaran, memantau partisipasi siswa, dan mengevaluasi performa per kelas maupun per siswa. Di dalam LMS sendiri terdapat berbagai macam fitur interaktif seperti video conference, tools anotasi, polling, kalender pembelajaran, atau ruang diskusi.
LMS tidak hanya digunakan di sekolah lho, banyak juga perguruan tinggi dan perusahaan yang menggunakan sistem LMS untuk memberikan materi ataupun training. Menurut survey dari Capterra, 42% siswa merasa sangat puas dan 50% merasa agak puas dengan penggunaan LMS di dalam pembelajaran.
Sebagai guru pada abad 21 ini, kita dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dan tidak boleh alergi terhadap perkembangan teknologi, termasuk salah satunya beradaptasi dengan penggunaan platform mengajar seperti e-learning dan LMS ini.
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa dirasakan dengan menggunakan platform pembelajaran berbasis Learning Management System (LMS).
1. Pembelajaran Berbasis Personalisasi
Siswa mampu melihat langsung hasil kerja serta mengevaluasi hasil belajarnya dalam bentuk grafik. Hal ini tentunya memudahkan mereka memahami apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang perlu diubah. Personalisasi ini akan membantu mereka untuk memahami lebih jauh tujuan pembelajaran, materi yang telah diselesaikan, ataupun tugas serta kuis yang akan datang. Siswa menjadi lebih produktif dan terorganisir.
2. Efektifitas Manajemen Konten
Konten manajemen adalah poin terpenting dalam penggunaan LMS. Guru dapat dengan mudah mengatur dan membagikan sumber pembelajaran seperti tugas, kuis, materi, atau RPP di dalam platform.
3. Dukungan Pembelajaran Digital Yang Responsif
Penggunaan LMS yang berbasis website dapat diakses dari semua gadget dan kapan saja. Tentunya ini memudahkan siswa dan guru dalam proses KBM jarak jauh.
4. Mudah, Cepat dan Akurat
Kapabilitas dalam membuat laporan adalah fitur esensial yang harus dipertimbangkan ketika memilih LMS yang tepat. Pembuatan laporan seperti rekap absensi siswa, nilai tugas dan kuis, persentase pengumpulan tugas, dan lain-lain di dalam platform LMS dapat diunduh kurang dari 5 menit.
Selain Moodle, software aplikasi untuk Learning Management System (LMS) yang digunakan oleh yayasan sekolah tempat saya mengajar, ada juga beberapa Learning Management System (LMS) yang recommended dan bisa Anda coba untuk diterapkan di sekolah Anda. Nah, salah satu yang paling saya rekomendasikan adalah KOCO Schools.
Apakah Anda sudah kenal atau pernah mendengar LMS yang satu ini? Jika belum, maka Anda perlu simak penjelasan saya tentang KOCO Schools ini sampai selesai. Mengapa? Karena bersama KOCO Schools, kita bisa bangun kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari guru dan wujudkan pendidikan Indonesia yang semakin maju.
Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa KOCO Schools merupakan produk dari perusahaan KOCO. KOCO sendiri adalah perusahaan EdTech yang berkembang pesat di Asia dengan kantor di Singapura, Indonesia, dan India. Melihat gangguan belajar akibat pandemi Covid-19, Lenie, pendiri KOCO, tahu bahwa harus ada sesuatu yang bisa dia lakukan untuk membantu siswa beradaptasi dengan pembelajaran normal baru. Dari pikiran tersebutlah akhirnya telah KOCO menciptakan 2 produk baru untuk membantu komunitas sekolah, guru, dan orang tua.
KOCO Schools dan KOCO Space, adalah dua platform digital persembahan KOCO yang membantu sekolah dan orang tua dalam mengelola studi siswa dan anak mereka dengan lebih baik. KOCO sangat mengutamakan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, KOCO juga telah bermitra dengan perusahaan seperti Singapore Asia Publishers, Zoom, dan Google untuk memberikan pengalaman belajar terbaik kepada siswa dan anak-anak di platform persembahan KOCO ini.
Untuk platform mengajar KOCO Schools sendiri, memiliki tujuan untuk membantu komunitas sekolah, pusat pembelajaran, dan siswanya. Ini adalah platform tugas digital untuk membantu guru dan siswa berkolaborasi dan mengelola tugas secara efektif.
Mungkin sekarang Anda penasaran, memangnya bagaimana cara platform mengajar seperti KOCO Schools ini bisa membantu para guru? Berikut ini penjelasannya!
1. Unggah dan Bagikan Tugas
Lewat platform KOCO Schools, guru bisa kirim dan bagikan tugas ke siswa hanya dalam satu klik. Penjadwalan dan pengaturan tenggat waktu atau deadline akan menjadi pengalaman yang mudah dan mulus tanpa hambatan dengan KOCO Schools.
2. Meniru Pengalaman Kelas Offline dengan Alat Anotasi
Dengan KOCO Schools, para guru dan siswa juga akan merasakan pengalaman memberikan dan mengerjakan tugas secara digital dengan rangkaian lengkap alat anotasi persembahan KOCO Schools untuk melibatkan siswa dengan lebih baik dan maksimal.
3. Memantau Kemajuan dan Menilai Perilaku Siswa
Satu lagi, dengan adanya KOCO Schools, para guru nantinya juga bisa melacak kemajuan atau progress dari masing-masing siswa dan kelas secara real time untuk mengidentifikasi area atau hal-hal lain yang perlu ditingkatkan.
Kehadiran KOCO Schools seolah menjadi ‘lentera’ di tengah gelap dan redupnya kompetensi guru Indonesia. Beragam keunggulan dan kelebihan yang dimilikinya cukup menjadikannya alasan kuat bagi para guru abad 21 untuk mengandalkan KOCO Schools sebagai platform mengajar sekaligus menjadi partner guru belajar dalam mengasah dan membangun kompetensi dan keterampilan mengajar serta mengembangkan model dan metode pembelajaran bersama para siswa.
Jadi, bagaimana? Apakah Anda juga seorang guru dan ingin menjadi ‘lentera’ bagi siswa-siswi di sekolah Anda? Mari #MulaiDariGuru kita bangun kualitas pendidikan di Indonesia bersama KOCO Schools. Karena seperti apa yang sudah saya ungkapkan pada awal tulisan, sesungguhnya guru yang berhenti belajar, harus berhenti mengajar!
Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih dan salam hangat.
Disclaimer:
Tulisan ini diikutsertakan dalam Koco Schools Blog Competition 2021. Tulisan ini merupakan hasil pemikiran pribadi penulis yang didukung oleh beberapa sumber referensi lainnya sebagaimana tercantum pada daftar sumber referensi tulisan.
Beberapa foto merupakan dokumentasi pribadi dan beberapa lainnya didapatkan dari blog dan media sosial resmi Koco Schools dan Wikipedia. Seluruh gambar diolah desain secara mandiri oleh penulis menggunakan Canva. Sedangkan video didapatkan dari situs video YouTube dengan nama kanal KOCO Indonesia. Terima kasih.
Sumber Referensi Tulisan:
- Pemikiran dan Pengalaman Pribadi
- Website dan Blog Resmi Koco Schools, www.kocoschools.com, blog.kocoschools.com
- Media Sosial Koco Schools
0 Komentar