Membangun Optimisme dan Strategi Industri Hulu Migas Menuju 1 Juta Barel Fix

Sumber Gambar: Facebook Page Humas SKK Migas. Diedit secara mandiri oleh Penulis.

Halo, Sobat Bang Firman’s Blog!

Seperti yang dapat diketahui dan disimak lewat berbagai media dan percakapan, isu energi selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Faktanya, energi tak terbarukan seperti minyak dan gas merupakan komoditas penting dan utama yang masih belum terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Alhasil, cadangannya yang berlimpah di alam pun semakin hari semakin menipis. 

Sementara itu, energi terbarukan yang memanfaatkan sumber energi seperti panas matahari, angin, aliran air, hingga geotermal sudah mulai dikembangkan. Namun sayangnya, energi terbarukan tersebut belum dapat sepenuhnya menggantikan energi tak terbarukan di Indonesia. Masyarakat pun tampaknya belum sepenuhnya siap untuk beralih ke energi terbarukan.

Dengan deretan fakta di lapangan tersebut, dilema energi di Indonesia tak pelak memicu berbagai pertanyaan. Misalnya, bagaimana sebenarnya kondisi dan cadangan energi di Indonesia? Seberapa lama energi fosil akan bertahan? Bagaimana masa depan energi Indonesia melalui energi tak terbarukan? Dan lain sebagainya.

Memang tidak dapat dipungkiri, hingga kini industri hulu migas masih memegang peran penting sebagai penggerak perekonomian nasional. Selain aset atau cadangan yang sudah mature atau lapangan semakin tua, usaha peningkatan produksi juga mendapat tantangan yang jauh lebih kuat saat merebaknya pandemi Covid-19 dan berkembang pesatnya industri energi alternatif.

Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan bahwa tren global dan lokal yang muncul seperti revolusi shale oil di Amerika Serikat, transisi energi, pandemi Covid-19, dan harga minyak yang rendah telah menciptakan kondisi pasar yang sangat kompetitif untuk mendapatkan investasi di sektor hulu migas. Menurutnya, kesadaran bersaing dengan negara-negara penghasil minyak harus ditumbuhkan. Iklim investasi pun harus diperbaiki untuk bisa mendapatkan investasi.

Bagi negara yang masih membutuhkan peran energi tak terbarukan seperti Indonesia, kondisi ini cukup memprihatinkan karena migas masih berkontribusi sebesar 54 persen dari total bauran energi pada tahun 2019. Migas juga diprediksi masih akan mendukung sebanyak 44 persen dari bauran energi pada tahun 2050. Untuk itu, perlu peningkatan produksi migas yang masif demi mendukung keberlanjutan energi tersebut.

Maka dari itu, dalam rangka menghadapi tantangan dan kebutuhan tersebut, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencanangkan target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030, sebagai tanda kebangkitan industri hulu migas Indonesia.

Target Produksi 1 Juta Barel

Sumber Infografis: Media Sosial Humas SKK Migas

Jika target dapat tercapai, maka diharapkan akan menjadi puncak produksi baru bagi Indoesia karena produksi saat itu akan setara 3,2 juta barel per hari. Namun demikian, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan perubahan mindset dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman dengan melakukan upaya-upaya dan strategi yang tepat, solutif, dan optimis. 

Ternyata target produksi yang diinisiasi SKK Migas ini mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan (stakeholders). Dalam Konvensi 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas yang diadakan baru-baru ini di Jakarta, semua pemangku kepentingan yang terlibat, antara lain Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, SKK Migas, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS), dan Indonesian Petroleum Association (IPA), telah menyampaikan aspirasinya dan mendiskusikan hal yang dapat mendukung pencapaian target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa semua pihak memang menyadari pencapaian target tersebut dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang baik. Salah satunya dapat menekan defisit perdagangan migas. Apalagi, dalam dua tahun terakhir, besarnya impor migas disebut menjadi beban dalam neraca dagang dan turut memperlebar defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Strategi Industri Hulu Migas Menuju 1 Juta Barel

Sumber Infografis: Website Resmi SKK Migas, www.skkmigas.go.id.

Menindaklanjuti program untuk mendukung peningkatan produksi migas, pemerintah akhirnya telah membuat beberapa kebijakan, antara lain penurunan harga gas untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan, dan fleksibilitas sistem fiskal untuk meningkatkan daya tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.

Kementerian ESDM juga telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi ketidakpastian dalam investasi usaha hulu migas dengan penyederhanaan perizinan, penyediaan dan keterbukaan data, dan integrasi hulu-hili. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan stimulus fiskal untuk mendorong pengembangan lapangan migas. 

SKK Migas selaku pihak yang bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama juga telah mencoba berbagai upaya sebagai solusi meningkatkan produksi migas dengan menerapkan 5 aspek transformasi, yaitu Clear Vision, Smart Organization, One Door Service Policy, Commercialization, dan Digitalization.

Selain itu, SKK Migas juga telah mencanangkan 4 strategi utama dalam rangka meningkatkan produksi migas dan mewujudkan target produksi 1 juta barel pada tahun 2030 di antaranya: mempertahankan tingkat produksi existing, akselerasi transformasi sumber daya dan menjadi cadangan migas, mempercepat pelaksanaan enhanced oil recovery (EOR), dan mendorong kegiatan eksplorasi yang masif. 

Sumber Infografis: Tangkapan layar dari “Webinar LKJ SKK Migas dan KKKS 2021”

Di sisi lain, dorongan para Kontraktor KKS untuk kembali menggeliatkan kembali kegiatan eksplorasi dan produksi migas juga sangat penting. Dengan adanya dorongan ini menunjukkan adanya semangat yang sama untuk memastikan bahwa industri migas Indonesia bisa bertahan di tengah ketidakpastian harga minyak dunia dan pandemi Covid-19.

Penerapan teknologi juga jadi salah satu poin penting di sektor hulu migas sehingga bisa lepas dari ketergantungan terhadap harga minyak dunia. Semakin baru teknologi yang digunakan akan menghasilkan efisiensi, yang membuat keekonomian menjadi semakin baik. Teknologi terbaru tentu akan mendukung eksplorasi migas Indonesia mulai dari teknologi dan alat pendukung pengeboran hingga metode produksi minyak lanjutan atau Enhance Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi lapangan migas existing.

Bersama seluruh kementerian dan pemangku kepentingan lainnya, SKK Migas mengajak seluruh elemen untuk dapat berperan aktif dalam usaha peningkatan produksi migas Nasional dengan melakukan perubahan paradigma demi industri hulu migas Indonesia yang semakin bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada akhirnya, kebangkitan industri hulu migas ini akan kembali menggeliat dan mencetak sejarah baru karena semua pihak ikut berpartisipasi mewujudkan visi bersama, yakni target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030. 

Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih dan salam hangat. 

 

Sumber Referensi:

  1. Website/Situs resmi SKK Migas, www.skkmigas.go.id
  2. Media Sosial Humas SKK Migas
  3. https://www.skkmigas.go.id/berita/menuju-1-juta-barel-awal-kebangkitan-industri-hulu-migas-indonesia
  4. https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/oil-and-gas-investment-day-menteri-esdm-kita-perbaiki-iklim-investasi
  5. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210617110958-4-253823/menteri-esdm-buka-bukaan-soal-kondisi-hulu-migas-ri
  6. https://www.merdeka.com/uang/sektor-migas-tak-akan-ditinggalkan-meski-ri-kembangkan-energi-terbarukan.html
How many stars for this post?

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: