Halo Sobat Bang Firman’s Blog …
“One child, one teacher, one book, and one pen can change the world.”
~ Malala Yousafzai, Peraih Nobel Perdamaian 2014 ~
Tahukah Anda bahwa setiap tanggal 8 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional?
Peringatan Hari Perempuan Sedunia tersebut bermula dari aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan oleh kaum perempuan di New York yang digalang oleh Partai Sosialis Amerika pada 8 Maret 1909. Kemudian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1975, tanggal 8 Maret pun ditetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional setiap tahunnya. Hari itu pun kemudian menjadi suatu perayaan sekaligus pengingat untuk selalu memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Berbicara tentang Hari Perempuan Internasional, pikiran saya seketika menerawang dan mengingat kembali tentang sebuah berita yang heboh namun membanggakan pada tahun 2014 yang lalu. Bagaimana tidak? Saat itu kita dan seluruh masyarakat dunia tentunya dibuat penasaran sekaligus terkagum oleh sosok wanita muda berkebangsaan Pakistan yang berhasil dianugerahi Nobel Perdamaian oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Oktober 2014. Perempuan tersebut tidak lain adalah Malala Yousafzai.
“They are afraid of educated women. They are afraid of the power of knowledge.”~ Malala Yousafzai ~
Pada Oktober 2014, Malala Yousafzai diundang oleh PBB dan mendapatkan hadiah Nobel bidang perdamaian tahun 2014 untuk perjuangan dan keberaniannya melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. Malala menjadi penerima hadiah Nobel termuda, karena dia mendapatkan penghargaan ini pada usianya yang masih belia, yaitu 17 tahun.
Bahkan, setahun sebelum Malala diberikan hadiah Nobel Perdamaian, tepatnya pada tanggal 12 Juli 2013, bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-16, Malala berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Pidatonya memuat tiga isu penting, yaitu hak perempuan, perlawanan terhadap terorisme, dan kebodohan. Saking berani, hebat, dan inspiratifnya sosok Malala, akhirnya PBB juga mendeklarasikan hari tersebut sebagai Hari Malala, yaitu pada tanggal 12 Juli setiap tahunnya. Begitu banyak inspirasi yang dapat dipetik dari sosok Malala yang pemberani dan berpendirian teguh. Inspirasi-inspirasi tersebut juga banyak tertuang dalam kalimat-kalimat atau quotes-quotes yang ia sampaikan saat berpidato atau pun melalui tulisan.
Pada era modern seperti saat ini, isu kesetaraan gender, kekerasan dan penindasan, hak pendidikan bagi perempuan, serta stigma dan sudut pandang terhadap perempuan yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk lemah, masih menjadi permasalahan dan pembahasan hangat yang terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai seorang laki-laki sekaligus juga seorang tenaga pengajar yang berkecimpung di ranah pendidikan, secara pribadi saya merasa adrenalin menulis saya terpacu dan tertantang untuk mengulas tentang hal ini.
Melalui tulisan ini, izinkan saya menyajikan opini sekaligus fakta-fakta terkait pendidikan dan penguatan peran perempuan dari sisi ‘koin’ atau sudut pandang yang mungkin saja sedikit berbeda dengan pandangan Anda. Maka dari itu, baiknya tahan terlebih dahulu sikap skeptis Anda terhadap pembahasan ini dan simak baik-baik. Semoga tulisan ini bisa mencerahkan hati dan pikiran, serta memberikan gambaran dan persepsi yang berbeda dan lebih baik.
Berbicara soal keberadaan peran perempuan dan kesetaraan gender memang seakan tidak ada habisnya. Hingga kini, perihal kesetaraan gender selalu menjadi sorotan dalam rangka memajukan peran perempuan dalam pembangunan. Itulah sebabnya, sosok perempuan selalu menjadi daya tarik bagi para pemikir untuk menjadi bahan kajian yang dalam mengenai histori dan keberadaan sosok perempuan di seluruh belahan dunia, mulai dari zaman kuno hingga pada masa kontemporer sekarang ini.
Di Indonesia sendiri, mayoritas permasalahan perempuan tentang pendidikan dan kesetaraan gender terjadi dalam konteks pribadi dan budaya. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan adat dan budaya. Beberapa kebudayaan di Indonesia menuntut perempuan hanya berperan sebagai sosok yang melayani kaum pria. Konsep seperti itu tentu berbeda jauh dengan konsep kesetaraan gender.
Selama ini, sebagian besar perempuan Indonesia justru berpasrah dan mengikuti nilai adat budaya yang berkembang di masyarakat, dan akhirnya beranggapan bahwa ujung tombak kehidupannya terletak pada laki-laki yang akan menjadi suaminya kelak. Sehingga pikiran untuk meraih pendidikan, perencanaan karir, dan masa depan tidak sejauh pemikiran para laki-laki. Maka dari itu, pergerakan kesadaran pun perlu dilakukan sedini mungkin, sehingga para perempuan yang memiliki potensi kualitas pendidikan dan pekerjaan yang baik mampu memiliki daya saing dan penghidupan yang lebih baik.
Terlepas dari permasalahan budaya tersebut, memang harus diakui dan disadari bahwa pada era modern pun ketidaksetaraan gender masih dapat ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Terkadang masih ada saja perlakuan tidak adil bagi kaum perempuan yang masih terlihat jelas. Hal ini tentunya memprihatinkan dan menjadi hal penting yang perlu diperjuangkan, apa lagi jika sampai terjadi tindak kekerasan dan penindasan terhadap perempuan.
Walau demikian, bukan berarti dunia begitu-begitu saja dan tidak berubah dalam menanggapi segala permasalahan pelik tentang diskriminasi terhadap perempuan. Dalam dunia bisnis dan hukum, pada tahun 2019 Bank Dunia dalam laporannya bertajuk Women, Business and the Law 2019: A Decade of Reform, telah menelaah data indeks selama sepuluh tahun tentang bagaimana diskriminasi gender di tempat kerja di 187 negara dan perubahannya dalam satu dekade.
Menurut laporan Bank Dunia tersebut, dalam 10 tahun (2009-2018), data menunjukkan adanya pertumbuhan yang baik terkait undang-undang di tempat kerja yang ramah gender. Di 131 negara, ada 274 undang-undang dan peraturan yang telah direformasi. Hal itu memperlihatkan tingginya kesadaran gender equality di tempat kerja. Termasuk ada 35 negara yang telah menerapkan undang-undang terkait kekerasan seksual yang melindungi nyaris dua juta perempuan dibanding 10 tahun lalu.
Selain Malala Yousafzai yang sudah diuraikan pada mukadimah tulisan, jika kita bisa mengambil contoh tokoh perempuan dunia era modern yang sangat peduli tentang pendidikan perempuan, mungkin Anda akan setuju dan tanpa ragu mengamini bila nama yang disebutkan adalah Michelle Obama. Ya, Michelle Obama, seorang wanita lulusan Fakultas Hukum Universitas Harvard, Amerika Serikat yang juga seorang istri dari Barack Hussein Obama, presiden negara Amerika Serikat ke-44 pada masa jabatan tahun 2009-2017.
Selama menjabat sebagai Ibu Negara, Michelle Obama memang dikenal sebagai seorang tokoh perempuan yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan perempuan, anak-anak, dan masyarakat miskin. Ia pernah mengunjungi banyak negara di benua Afrika seperti Maroko, Liberia, Botswana, Tanzania, Senegal, dan lain-lain untuk mendorong pentingnya pendidikan bagi perempuan di negara-negara tersebut.
Di Indonesia sendiri, sejarah mencatat akan perjuangan dan kegigihan sosok Raden Ajeng Kartini yang memiliki semangat juang tinggi dalam melawan penjajahan, sehingga dari sejarah itulah bangsa ini tidak lagi membedakan antara kekuatan sosok perempuan atau pun sosok laki-laki. Sejak Ibu Kartini memperjuangkan kedudukan perempuan setara dengan kaum lelaki, maka sejak saat itulah emansipasi mulai bergulir.
Emansipasi adalah satu gerakan yang dimaksud agar perempuan memiliki kedudukan dan setara dengan kaum lelaki. Artinya, setara dalam kehidupan di sektor publik dan sektor domestik. Pada zaman Ibu Kartini, suara yang diperjuangkan adalah perempuan memperoleh pendidikan setara dengan laki-laki. Beliau berpendapat bahwa pendidikan perempuan merupakan hal penting untuk mengangkat derajat bangsanya, karena ibu-ibu yang terdidik akan bisa membesarkan anak mereka dengan lebih baik. Pendapat Ibu Kartini tersebut juga sejalan dengan makna sebuah syair atau petuah Arab yang berbunyi,
“Al-ummu madrasatul ulaa, idza a’dadtaha, a’dadta sya’ban thayyibal a’raq“
Bila diartikan, maka petuah tersebut memiliki makna bahwa seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Berpuluh tahun kemudian emansipasi telah merasuki tatanan masyarakat, bukan saja di bidang pendidikan tetapi di bidang politik, ekonomi, sosial dan hukum, dan bidang-bidang lainnya. Dan kini pada era globalisasi, perempuan Indonesia sama majunya dengan perempuan di negara lain. Banyak perempuan telah menduduki posisi penting di berbagai bidang.
Hanya saja, sebagian masyarakat yang masih sangat terbelakang cara berfikirnya, masih banyak memposisikan perempuan sangat sempit ruang geraknya, sehingga masih banyak klaim yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap keberadaan peran dan posisi perempuan. Padahal, pemerintah Indonesia sendiri sudah memberlakukan hak yang sama antara perempuan dengan laki-laki, tidak ada perbedaan atau pun diskriminasi terhadap peran perempuan di pemerintah Indonesia, sehingga pendidikan yang sama pun bisa dinikmati juga oleh perempuan. Hak-hak atas perempuan pun dijamin oleh negara sehingga tidak ada ketimpangan hak hukum yang diperoleh oleh seorang perempuan di Indonesia.
Menurut hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, Pembangunan Manusia Indonesia menurut kesetaraan gender menunjukkan tren perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Gender Indonesia (garis yang berwarna biru muda pada grafis) pada tahun 2018 yang berada di level 90,99 dari skala 0-100. Indeks tersebut naik 0,03 poin persentase dari tahun sebelumnya. Sebagai informasi, jika Indeks Pembangunan Gender (IPG) mendekati angka 100 maka mengindikasikan semakin kecil kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan.
Demikian pula Indeks Pemberdayaan Gender Indonesia (garis yang berwarna biru tua pada grafis) yang mengindikasikan perbaikan dan berada di level 72,1 dari skala 0-100 pada 2018. Membaiknya Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) ini menunjukkan bahwa perempuan Indonesia semakin menunjukkan perannya dalam pembangunan. Ini terbukti dari 17,32% keterwakilan perempuan dalam parlemen serta 46% dalam kepemimpinan profesional pada 2017. IDG sendiri merupakan salah satu indikator untuk untuk melihat sejauh mana keterlibatan dan peran aktif perempuan dalam politik dan ekonomi.
Pendidikan sebagai kunci penguatan peran perempuan dan pemberdayaan keberlanjutan memang harus diakui kebenarannya dan semakin terasa keberadaannya. Benar apa yang pernah diungkapkan oleh Presenter Berita ternama, Najwa Shihab, bahwa tidak ada pemberdayaan lebih kekal berkelanjutan, tanpa melibatkan perempuan.
Isu kesetaraan gender khususnya pada bidang pendidikan serta tidak adilnya perlakuan bagi kaum perempuan, ternyata menarik simpati dan rasa prihatin dari banyak pihak, bukan hanya secara perorangan tetapi juga kelompok, lembaga, dan organisasi. Salah satunya adalah EduCenter.
Tetapi sebelumnya, apakah Anda sudah tahu dan kenal dengan EduCenter?
EduCenter adalah gedung dengan konsep pusat pendidikan pertama dan terbesar di Indonesia yang diciptakan untuk menjadi solusi keluarga dalam mengefisienkan dan memaksimalkan waktu yang dimiliki oleh anak-anak untuk kemudian bisa digunakan bersama oleh seluruh anggota keluarga. EduCenter dengan slogannya One Stop Education of Excellence Under One Roof, tentunya berharap akan menjadi trend di kalangan keluarga Indonesia. Saking lengkap dan banyaknya tenant edukasi yang tersedia di gedung EduCenter, tak heran bila akhirnya EduCenter pun menyebut dirinya sebagai Mall Edukasi pertama di Indonesia. Wow! Pusat edukasi tapi rasa Mall. Keren, kan?
Memangnya apa sih dasar didirikannya EduCenter? Dan ada apa saja di dalam EduCenter sampai disebut sebagai Mall Edukasi pertama dan terbesar di Indonesia? Penasaran?
Jadi, berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh pihak EduCenter, rata-rata seorang anak atau murid Sekolah Dasar mengambil 2 hingga 3 kursus setiap harinya, antara lain (dari yang terpopuler): bahasa Inggris, bahasa Mandarin, Musik, Matematika, menggambar, menari ballet, dan berenang. Murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) rata-rata mengambil 1 hingga 2 kursus setiap harinya, antara lain (dari yang terpopuler): bahasa Inggris, bahasa Mandarin, Matematika, Fisika, dan Musik. Sedangkan untuk murid Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata mengambil 1 hingga 2 kursus setiap harinya, antara lain (dari yang terpopuler): Matematika, Fisika, Kimia, bahasa Inggris, dan bahasa Mandarin.
Dengan melihat hasil riset tersebut, maka dari itu EduCenter didesain sebagai gedung edukasi yang mampu menampung kebutuhan itu semua. Hingga kini, EduCenter sudah memiliki lebih dari 20 lembaga pendidikan/tempat kursus dan 1 pre-school atau sekolah PAUD. Kursus-kursus di EduCenter tidak terbatas hanya menyangkut pelajaran murid di sekolah, tetapi terdapat juga beberapa kursus yang akan membantu mengembangkan kecerdasan anak, kreatifitas anak, dan juga kursus yang menyangkut aktivitas anak, seperti kursus ballet dan juga kursus bela diri.
Pemilihan lokasi juga menjadi hal penting bagi EduCenter. Gedung mall edukasi ini berlokasi di Jl. Sekolah Forest, Kavling International School, BSD City. Dengan lokasi yang strategis, dikelilingi 45 institusi pendidikan dan 4 cluster perumahan elit di kawasan BSD City, EduCenter memiliki tujuan menjadi solusi dari salah satu masalah pendidikan anak zaman sekarang, yakni menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi untuk berpindah-pindah dari satu tempat kursus ke tempat kursus lainnya.
Selain itu, seperti layaknya sebuah mall, EduCenter memiliki banyak hal untuk ditawarkan seperti kafe, restoran, food court, taman bermain anak, dan tentu saja banyak tempat kursus terkemuka. Apple Tree Pre-School, UniSadhuGuna, Farabi Music School, Binary Kiddo, CMA Mental Arithmetic, Shane Learning Centre, Calculus, Flamingo Studio, Kumon, Wow Art Studio, Far East Education, hanyalah beberapa di antaranya. Masih banyak lagi tempat-tempat kursus lainnya.
Berbagai pilihan kafe dan restoran juga dapat berguna untuk tempat para murid dan para orang tua menunggu, bersosialisasi, dan pastinya makan siang/malam. Ini bukti bahwa EduCenter pun memikirkan hingga mendetail segala aspek dan elemen yang dapat mempermudah dan membuat betah orang tua dan para murid yang mengambil kursus di EduCenter. Intinya, EduCenter berkomitmen penuh untuk memberikan kenyamanan dan rasa aman untuk para murid dan para orang tua murid. Dengan konsep yang revolusioner dan terintegrasi, EduCenter memberikan nuansa yang menyenangkan bagi para generasi muda untuk menikmati pengalaman belajar yang sempurna.
Hebatnya lagi, EduCenter juga sangat mendukung pendidikan bagi penguatan peran perempuan di masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk kepedulian EduCenter dalam mendukung hal tersebut, EduCenter berinisiatif menyelenggarakan lomba menulis Blog Competition dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional pada bulan Maret yang lalu (banner lomba bisa dilihat pada akhir tulisan). Dengan diadakannya perlombaan ini, EduCenter berharap masyarakat Indonesia dapat termotivasi dan mau membuka pandangan mereka dalam rangka mewujudkan kesatuan serta kesetaraan untuk setiap warga Indonesia tanpa terkecuali.
Posisi perempuan sebagai salah satu bagian dari pembangunan negara melahirkan banyak sejarah positif tentang keberadaannya. Dari masa ke masa, peran perempuan memberikan energi positif bagi perubahan sosial sebagai salah satu unsur dari kemajuan sosial. Di Indonesia, kesetaraan gender juga menjadi sorotan dalam rangka memajukan peran perempuan dalam pembangunan. Walau untuk mewujudkan hal tersebut, mayoritas perempuan Indonesia terbentur permasalahan pribadi dan nilai-nilai adat budaya yang sudah mengikat erat.
Pemerintah sebagai garda terdepan sudah memberlakukan hak yang sama antara perempuan dengan laki-laki, sehingga pendidikan yang sama pun bisa dinikmati juga oleh perempuan. Hak-hak atas perempuan pun sudah dijamin oleh negara sehingga tidak ada ketimpangan hak hukum yang diperoleh oleh seorang perempuan di Indonesia.
Maka dari itu, pergerakan kesadaran juga perlu dilakukan oleh para perempuan Indonesia sedini mungkin, sehingga para perempuan yang memiliki potensi kualitas pendidikan dan pekerjaan yang baik mampu memiliki daya saing dan penghidupan masa depan yang lebih baik. Karena dengan kualitas pendidikan yang baik, perempuan dapat menguatkan perannya di masyarakat dan memiliki andil besar dalam pemberdayaan berkelanjutan bagi bangsa dan negara.
Perubahan besar tidak akan terjadi tanpa suatu langkah kecil. EduCenter sebagai gedung pusat edukasi pertama dan terbesar di Indonesia pun yakin bahwa ada banyak masyarakat yang memiliki pemikiran-pemikiran hebat, peduli, serta tak kunjung lelah berharap akan adanya perubahan positif di dunia ini, apa pun latar belakang mereka. Sekarang, mari kita berharap masyarakat Indonesia dapat termotivasi dan mau membuka pandangan mereka dalam rangka mewujudkan kesatuan, kesetaraan, dan kebersamaan untuk setiap warga Indonesia tanpa terkecuali. Semoga.
Terima kasih dan salam hangat. 🙂
#educenterid
Disclaimer:
“Tulisan ini diikutsertakan dalam EduCenter Blog Competition yang diselenggarakan oleh Educenter. Semua keterangan sumber referensi, penggunaan foto, desain, atau media lainnya telah tertulis dengan lengkap di bawah ini. Terima kasih. ”
Sumber-sumber:
- Foto: Foto-foto tokoh pendidikan didapatkan dari Google Images dan sumber lainnya telah tertulis dalam tulisan
- Olah Grafis: Dokumentasi pribadi penulis via Canva.com
- Referensi Konten Tulisan: Pemikiran Pribadi Penulis, dan beberapa sumber lainnya sebagai berikut:
- 1. Website resmi EduCenter, https://www.educenter.id/
- 2. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Malala_Yousafzai
- 3. https://mediaindonesia.com/read/detail/53590-michelle-obama-serukan-pendidikan-untuk-perempuan
- 4. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/07/satu-dekade-reformasi-kesetaraan-gender-dunia
- 5. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/04/30/indeks-pembangunan-gender-indonesia-menunjukkan-tren-perbaikan
- 6. https://www.researchgate.net/scientific-contributions/2159142509_Peran_Perempuan
2 Komentar
Joe Candra · Juni 26, 2020 pada 12:12 am
Setujuuuuuuuuuuu tentang continuous empowerement nya bang. Aku suka bgt klo ngeliat perempuan yg pendidikannya tinggi. Ah smg saja jodohku demikian (eaaa). Aamiin.
Firmansyah · Juni 26, 2020 pada 1:40 am
Sama, aku juga suka melihat perempuan yang cerdas, Bang. Hehe. Untuk doanya, aku aminkan untuk diriku juga ya, Bang.
Aamiin Yaa Rabb. 🙂
Terima kasih, Bang Joe sudah berkunjung.
Salam hangat.